Jadilah Murabbi untuk Suamimu ,,,,, #Session 1
Seperti biasanya ahad sore adalah pekanan biasanya Melingkar. Bersyukur masih di pertemukan, masih dikumpulkan, dan Allah ringankan langkah nya dalam majelis dzikir, dalam ikhtiar menguatkan iman. Sehingga apapun tantangannya, apapun kendalanya, apapun yang menjadi penghambatnya ,,,, Allah tetapkan hati kita, Allah mantapkan langkah ini, Allah teguhkan hati kita untuk senantiasa menyerukan nama-Nya, senantiasa berkumpul untuk dalam mencari ridha-Nya, senantiasa untuk menjalankan berproses ke arah sebenar - benarnya sholihah
Teringat akan perbincangan mengenai jodoh dengan muraabbi pada saat melingkar, bahwa "Jadilah Murabbi untuk Suamimu"
Yang dimana didalamnya mengandung makna yang teramat dalam ,,,,,
dimana sesungguhnya bukan hanya untuk suami, namun juga untuk keluarga, bahkan terutama untuk diri kita sendiri
ya, Ahad sore itu materi yang ga pernah habis di bahas yaitu tentang JODOH dan PERNIKAHAN (Mitsaqan Ghaliza)
Kembali bahwa kita hanya bisa meminta, berdo'a dan berusaha memperbaiki diri berharap bahwa diberi jodoh yang terbaik, namun tak bisa memilih, tak bisa menawar ditautkan pada hati yang mana untuk kita raih, atau pada jemari tangan siapa yang akan menjadi sejatinya partner kehidupan kita nantinya.
disanalah Murabbiku menjelaskan, ketika aku bertanya.
"Mbak, mengapa kita harus menjadi Murabbi untuk suami kita?, sedangkan dessy fikir bahwa setiap wanita sejatinya inginnya menjadi mutarabbi, ingin suaminya lebih dari dirinya, ingin suami yang bisa menuntunnya, membimbingnya."
Murabbiku menjawab
"Iya dek, benar fitrahnya memang seperti itu, namun kenapa mbak menekankan bahwa jadilah murabbi untuk suamimu, entah meski nantinya Allah akan tautkan hati pada laki - laki yang faham atau tidak. Karena nantinya istrilah salah satu kontribusi ta'atnya suami pada Allah, Kontroling dimana yang akan mensyurgakan keluarganya, atau justru sebaliknya, makanya kenapa berfikir menjadi murabbi. Bisa jadi ternyata Allah mentakdirkan bahwa kita harus berjuang lebih dari wanita - wanita lain yang telah ditakdirkan dengan laki - laki yang faham, ataupun hanif. Nah disanalah peran istri dimainkan sebagai murabbi. Bisa jadi nanti seorang istri yang diuji harus mendakwahi suaminya yang misalnya masih terbiasa dengan perbuatan maksiat. Naudzubillahi min dzalik. Maka tugas kita sebagai para madrasah utama dan pertama, istri yang sholihah nantinya. Insya Allah. Itu lekatkan, teguhkan, kuatkan, yakinkan pada hati bahwa menjadi murabbi untuk suami kita nantinya."
Teringat akan perbincangan mengenai jodoh dengan muraabbi pada saat melingkar, bahwa "Jadilah Murabbi untuk Suamimu"
Yang dimana didalamnya mengandung makna yang teramat dalam ,,,,,
dimana sesungguhnya bukan hanya untuk suami, namun juga untuk keluarga, bahkan terutama untuk diri kita sendiri
ya, Ahad sore itu materi yang ga pernah habis di bahas yaitu tentang JODOH dan PERNIKAHAN (Mitsaqan Ghaliza)
"Lelahkah kau menunggu?
Dalam embusan nafas kesabaran, senyuman hangat ketegaran, tetes air mata ketidakberdayaan, serta sujud lembut kepasrahan, gantilah ucap lelah itu menjadi 'Lillah'
Kita dapat berdiri, berhadapan, dan beradu pandang dalam jarak yang begitu dkat hingga malaikat pun ikut berdoa melihat rembulan yang tersipu, nanti, dibatas waktu. Insya Allah ,,,, "
_Fu
Kembali bahwa kita hanya bisa meminta, berdo'a dan berusaha memperbaiki diri berharap bahwa diberi jodoh yang terbaik, namun tak bisa memilih, tak bisa menawar ditautkan pada hati yang mana untuk kita raih, atau pada jemari tangan siapa yang akan menjadi sejatinya partner kehidupan kita nantinya.
disanalah Murabbiku menjelaskan, ketika aku bertanya.
![]() |
Dessy Norita Pratiwi |
"Mbak, mengapa kita harus menjadi Murabbi untuk suami kita?, sedangkan dessy fikir bahwa setiap wanita sejatinya inginnya menjadi mutarabbi, ingin suaminya lebih dari dirinya, ingin suami yang bisa menuntunnya, membimbingnya."
Murabbiku menjawab
"Iya dek, benar fitrahnya memang seperti itu, namun kenapa mbak menekankan bahwa jadilah murabbi untuk suamimu, entah meski nantinya Allah akan tautkan hati pada laki - laki yang faham atau tidak. Karena nantinya istrilah salah satu kontribusi ta'atnya suami pada Allah, Kontroling dimana yang akan mensyurgakan keluarganya, atau justru sebaliknya, makanya kenapa berfikir menjadi murabbi. Bisa jadi ternyata Allah mentakdirkan bahwa kita harus berjuang lebih dari wanita - wanita lain yang telah ditakdirkan dengan laki - laki yang faham, ataupun hanif. Nah disanalah peran istri dimainkan sebagai murabbi. Bisa jadi nanti seorang istri yang diuji harus mendakwahi suaminya yang misalnya masih terbiasa dengan perbuatan maksiat. Naudzubillahi min dzalik. Maka tugas kita sebagai para madrasah utama dan pertama, istri yang sholihah nantinya. Insya Allah. Itu lekatkan, teguhkan, kuatkan, yakinkan pada hati bahwa menjadi murabbi untuk suami kita nantinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar