Sederet memaknai bentuk dari 'Kehilangan'
Karena Ada dan Ketiadaan itu sejatinya perbedaannya sangat tipis ,,,
ketika sebuah rasa terlanjur berderet rapi
hingga bayangannya harus tersimpan
entah hitungan keberapa
Ketika Hati dan Akal terus - menerus berkecamuk saling memunggungi tak berteman,
mungkin ia telah tercatat sebagai dialog hati
Satu yang kuyakini ,,,
Tulisan Takdir yang telah Engkau catatkan adalah
Sebagai bentuk penjagaan terbaik-Mu,
Sebagai tanda kasih sayang-Mu,
Sebagai Petunjuk bahwa takdir terbaik adalah jalan yang lain
ketika berkali - kali
tak selalunya kelembutan Engkau menyadarkan ku
ini hanya tentang bagaimana akhirnya seseorang mengambil ibroh dari sebuah peristiwa
ini hanya tentang bagaimana akhirnya seseorang memetik hikmah dari pohon kehidupan
dan hingga akhirnya hanya sebuah pertanyaan bagaimana akhir akan menyapa???
dan Jawabannya adalah dengan ikhtiar terbaik dengan memperbaiki diri,
menjadikan bahwa harus ada yang kau perjuangkan
tidak selalu melulu tentang itu di ujung sana ,,,,
Tentunya dengan segala keikhlasan dan hei ,,,,
Berlari dengan tersenyum bukankah itu cara mengarifi takdir ???
aku takpernah bisa menjawab apa itu rasa kehilangan,
sedang sejatinya aku takpernah sepenuh memilikinya.
satu waktu pernah,
ketika tetiba ada hampa yang mengisi rongga jiwa,
bebulir airmata taklagi dapat ditahan,
hingga kemudian aku ‘terpaksa’ menamai hari itu; kehilangan.
“hidup adalah seni mencipta rasa. tentang kehilangan karena merasa memiliki, tentang sedih karena merasa bahagia selamanya..”
yah, permasalahannya adalah pada kata –merasa.
hm, sebuah kata egois yang memang dimiliki oleh setiap manusia.
tak semua cerita harus termaknai dengan rasa bukan?
bukan lantas juga menggunakan seutuh logika yang dipunya.
lalu, lalu..
ketika sebuah rasa terlanjur berderet rapi
hingga bayangannya harus tersimpan
entah hitungan keberapa
Ketika Hati dan Akal terus - menerus berkecamuk saling memunggungi tak berteman,
mungkin ia telah tercatat sebagai dialog hati
Satu yang kuyakini ,,,
Tulisan Takdir yang telah Engkau catatkan adalah
Sebagai bentuk penjagaan terbaik-Mu,
Sebagai tanda kasih sayang-Mu,
Sebagai Petunjuk bahwa takdir terbaik adalah jalan yang lain
ketika berkali - kali
tak selalunya kelembutan Engkau menyadarkan ku
ini hanya tentang bagaimana akhirnya seseorang mengambil ibroh dari sebuah peristiwa
ini hanya tentang bagaimana akhirnya seseorang memetik hikmah dari pohon kehidupan
dan hingga akhirnya hanya sebuah pertanyaan bagaimana akhir akan menyapa???
dan Jawabannya adalah dengan ikhtiar terbaik dengan memperbaiki diri,
menjadikan bahwa harus ada yang kau perjuangkan
tidak selalu melulu tentang itu di ujung sana ,,,,
Tentunya dengan segala keikhlasan dan hei ,,,,
Berlari dengan tersenyum bukankah itu cara mengarifi takdir ???
aku takpernah bisa menjawab apa itu rasa kehilangan,
sedang sejatinya aku takpernah sepenuh memilikinya.
satu waktu pernah,
DESSY NORITA PRATIWI |
ketika tetiba ada hampa yang mengisi rongga jiwa,
bebulir airmata taklagi dapat ditahan,
hingga kemudian aku ‘terpaksa’ menamai hari itu; kehilangan.
“hidup adalah seni mencipta rasa. tentang kehilangan karena merasa memiliki, tentang sedih karena merasa bahagia selamanya..”
yah, permasalahannya adalah pada kata –merasa.
hm, sebuah kata egois yang memang dimiliki oleh setiap manusia.
tak semua cerita harus termaknai dengan rasa bukan?
bukan lantas juga menggunakan seutuh logika yang dipunya.
lalu, lalu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar