Beginilah caraku menjagamu dalam setia dan terjaga, salahkah?
Malam ini tepat pukul 23.00
sepulang dari ngopi di Djendello Koffie ,,,,, masih di tempat yang sama biasanya aku melepaskan penat dengan secangkir kopi atau coklat dingin yang dimana zat dopaminnya yang membuat perasaanku menjadi sedikit rileks
dan survei tempat untuk acara Gelar Budaya Pemuda di 0 km Yogyakarta disana sambil merasakan nuansa acara yang bakal ku lewati 2 malam berturut - turut
beberapa menit yang lalu ,,,, padahal kost ku tutup jam 21.00
namun izin dengan ketua kost untuk pulang jam 22.30
ketika ku buka media sosial tiba - tiba ingin ku buka fb beberapa orang yang ku kagumi beberapa tulisannya dan kontribusinya dalam dakwah ,,,,
sungguh tiba - tiba mata ini tertuju pada 1 tulisan beliau, yang ia postingkan hari ini tentang "Media Sosial yang terkadang menjadi pemecah, penguat, dan pemersatu kembali"
disana beliau menceritakan tentang sepasang suami - istri yang sepertinya adalah para tokoh yang penting dalam Dakwah ,,,, dan sepasang suami istri yang mengerti agama
dan ketika di tengah malam si istri yang sedang mengerjakan deadline kerjaannya di depan komputer kesayangannya ,,,,
menemukan facebook suaminya yang telah tertidur lelap pada saat itu masih aktif karena lupa sign out, namun tidak ia hiraukan karena deadline yang mesti ia selesaikan pada jam 03.00 pagi ,,,,,
hingga tiba - tiba konsentrasinya tiba - tiba terpecah oleh chat yang datang dari facebook suaminya ,,,,
dan begitu terkejutnya ketika bagaimana dan apa yang mesti kita lakukan ketika menemukan chatingan seorang wanita kepada seorang laki - laki dan itu suaminya, yang dimana percakapan mereka begitu asyik dan sangat intim ,,,,
hingga pada pertemuan untuk saling melontarkan pujian, hingga curhatan ,,,
sedangkan status seorang laki - laki itu adalah suami dari seorang wanita dan telah memiliki 1 putri
jadi teringat beberapa hari lalu ,,,, bagaimana tentang privasi suami - istri ,,,,
bagaimana suami dan istri saling menjaga ruang yang dinamakan "P R I V A S I"
setiap orang ku rasa memang memiliki yang namanya "Ruang P R I V A S I", namun yang menjadi pertanyaan dan yang mesti di komunikasikan untuk menjaga keutuhan rumah tangga adalah bagaimana sejauh mana dan sedalam apa persepsi dari PRIVASI itu sendiri ,,, karena tidak bisa dalam berumah tangga menyimpan permasalahan serba tanda tanya ,,,,,
bukankah ketika menikah "Aku adalah Baju bagimu, dan Kau adalah Baju bagiku", lantas bagaimana kami membuka hijab antara keduanya jika ruang PRIVASI itu makin kental ,,,,,
bagaimana kami mengambil sikap untuk menjaganya ,,,, karena begitulah sulit menjadi setia dan terjaga
mungkin sesholih apapun seseorang yang ada di hadapan kita, ataupun sesholihah apapun seseorang yang ada di hadapan kita ,,,, jika kita dihadapkan permasalahan ini, bagaimana kah kita bersikap dengan sebuah ruang yang dinamakan P R I V A S I
mengerti bahwa membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah yang penuh barokah itu perlu keterbukaan satu sama lain ,,,, perlu saling pengertian satu sama lain, dan juga perlu saling mempercayai satu sama lain
teringat kajian KRPH Ust. Cahyadi Takariawan yang membahas tentang "Management Komunikasi Suami dan Istri", lagi - lagi kita berbicara bahwa preferensi hemisfer otak antara laki - laki dan perempuan itu berbeda
karena bagaimanapun bahwa ketika jatuh bangunnya mengenali pasangan kita itu tak cukup waktu 5 atau 10 tahun,,,, bahkan waktu seumur hiduppun kita tetap berusaha mengenali dan memahaminya
beberapa hal yang untuk membangun Ruang Privasi menurutku akan hasil survei :
1. Saling berta'aruf akan dunia masing - masing
Salah satu pemicu konflik yang sering muncul adalah "ketidakfahaman" kita akan sesuatu yang menarik perhatian kita untuk berfikiran negatif tentang pasangan kita, maka jelaskanlah ,,,,,, selain menjelaskan maka membuka diri untuk aktif mengenal dunia pasangan kita ,,,,,
2. Bertabayyun akan persepsi "P R I V A S I"
Ini Point yang paling penting, bahwa men-standarkan atau saling tahu bahwa persepsi PRIVASI itu sejauh dan sedalam apa?
3. Saling Percaya
4. Tidak hanya menjadi setia namun juga terjaga
Point ke empat ini apakah kesetiaan itu?
apakah seseorang dikatakan setia saat ia mampu menanti kekasihnya selama bertahun - tahun? apakah kesetiaan adalah hanya sebentuk aktivitas menunggu?
Kesetiaan itu berbanding lurus dengan keterjagaan. Mengapa? sebaba kesetiaan yang di artikan "menunggu" akan sangat melelahkan. Benarlah, saat ia mengatakan padaku bahwa kesetiaan dapat kita jalani, namun keterjagaan lebih sulit! keterjagaan dari memelihara apa - apa yang di amanahkannya pada kita, keterjagaan dari menaatinya yang berada di tempat yang jauh, keterjagaan dari memaknai kesetiaan bukan hanya sebagai aktivitas menunggu, bahkan keterjagaan dari bersitan untuk "M E N G K H I A N A T I" kepercayaannya.
Sungguh, keterjagaan menjadi begitu sulit saat kita tidak menghadirkannya sebagai seseorang yang telah dipilihkan Allah sebagai qawwam.
Kesetiaan adalah kemampuan untuk menjalani penantian dalam bentuk fisik, dan keterjagaan adalah kemampuan untuk membuktikan komitmen untuk tetap memelihara diri dan jiwa kita utuh dalam penantian itu.
Karena "Keterusterangan adalah SUMBER KETENANGAN"
Yogyakarta, 21 Oktober 2013
By : Dessy Norita Pratiwi
sepulang dari ngopi di Djendello Koffie ,,,,, masih di tempat yang sama biasanya aku melepaskan penat dengan secangkir kopi atau coklat dingin yang dimana zat dopaminnya yang membuat perasaanku menjadi sedikit rileks
dan survei tempat untuk acara Gelar Budaya Pemuda di 0 km Yogyakarta disana sambil merasakan nuansa acara yang bakal ku lewati 2 malam berturut - turut
beberapa menit yang lalu ,,,, padahal kost ku tutup jam 21.00
namun izin dengan ketua kost untuk pulang jam 22.30
ketika ku buka media sosial tiba - tiba ingin ku buka fb beberapa orang yang ku kagumi beberapa tulisannya dan kontribusinya dalam dakwah ,,,,
sungguh tiba - tiba mata ini tertuju pada 1 tulisan beliau, yang ia postingkan hari ini tentang "Media Sosial yang terkadang menjadi pemecah, penguat, dan pemersatu kembali"
disana beliau menceritakan tentang sepasang suami - istri yang sepertinya adalah para tokoh yang penting dalam Dakwah ,,,, dan sepasang suami istri yang mengerti agama
dan ketika di tengah malam si istri yang sedang mengerjakan deadline kerjaannya di depan komputer kesayangannya ,,,,
menemukan facebook suaminya yang telah tertidur lelap pada saat itu masih aktif karena lupa sign out, namun tidak ia hiraukan karena deadline yang mesti ia selesaikan pada jam 03.00 pagi ,,,,,
hingga tiba - tiba konsentrasinya tiba - tiba terpecah oleh chat yang datang dari facebook suaminya ,,,,
dan begitu terkejutnya ketika bagaimana dan apa yang mesti kita lakukan ketika menemukan chatingan seorang wanita kepada seorang laki - laki dan itu suaminya, yang dimana percakapan mereka begitu asyik dan sangat intim ,,,,
hingga pada pertemuan untuk saling melontarkan pujian, hingga curhatan ,,,
sedangkan status seorang laki - laki itu adalah suami dari seorang wanita dan telah memiliki 1 putri
jadi teringat beberapa hari lalu ,,,, bagaimana tentang privasi suami - istri ,,,,
bagaimana suami dan istri saling menjaga ruang yang dinamakan "P R I V A S I"
setiap orang ku rasa memang memiliki yang namanya "Ruang P R I V A S I", namun yang menjadi pertanyaan dan yang mesti di komunikasikan untuk menjaga keutuhan rumah tangga adalah bagaimana sejauh mana dan sedalam apa persepsi dari PRIVASI itu sendiri ,,, karena tidak bisa dalam berumah tangga menyimpan permasalahan serba tanda tanya ,,,,,
bukankah ketika menikah "Aku adalah Baju bagimu, dan Kau adalah Baju bagiku", lantas bagaimana kami membuka hijab antara keduanya jika ruang PRIVASI itu makin kental ,,,,,
bagaimana kami mengambil sikap untuk menjaganya ,,,, karena begitulah sulit menjadi setia dan terjaga
mungkin sesholih apapun seseorang yang ada di hadapan kita, ataupun sesholihah apapun seseorang yang ada di hadapan kita ,,,, jika kita dihadapkan permasalahan ini, bagaimana kah kita bersikap dengan sebuah ruang yang dinamakan P R I V A S I
mengerti bahwa membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah yang penuh barokah itu perlu keterbukaan satu sama lain ,,,, perlu saling pengertian satu sama lain, dan juga perlu saling mempercayai satu sama lain
teringat kajian KRPH Ust. Cahyadi Takariawan yang membahas tentang "Management Komunikasi Suami dan Istri", lagi - lagi kita berbicara bahwa preferensi hemisfer otak antara laki - laki dan perempuan itu berbeda
karena bagaimanapun bahwa ketika jatuh bangunnya mengenali pasangan kita itu tak cukup waktu 5 atau 10 tahun,,,, bahkan waktu seumur hiduppun kita tetap berusaha mengenali dan memahaminya
beberapa hal yang untuk membangun Ruang Privasi menurutku akan hasil survei :
1. Saling berta'aruf akan dunia masing - masing
Salah satu pemicu konflik yang sering muncul adalah "ketidakfahaman" kita akan sesuatu yang menarik perhatian kita untuk berfikiran negatif tentang pasangan kita, maka jelaskanlah ,,,,,, selain menjelaskan maka membuka diri untuk aktif mengenal dunia pasangan kita ,,,,,
2. Bertabayyun akan persepsi "P R I V A S I"
Ini Point yang paling penting, bahwa men-standarkan atau saling tahu bahwa persepsi PRIVASI itu sejauh dan sedalam apa?
3. Saling Percaya
4. Tidak hanya menjadi setia namun juga terjaga
Point ke empat ini apakah kesetiaan itu?
apakah seseorang dikatakan setia saat ia mampu menanti kekasihnya selama bertahun - tahun? apakah kesetiaan adalah hanya sebentuk aktivitas menunggu?
![]() |
Dessy Norita Pratiwi |
Kesetiaan itu berbanding lurus dengan keterjagaan. Mengapa? sebaba kesetiaan yang di artikan "menunggu" akan sangat melelahkan. Benarlah, saat ia mengatakan padaku bahwa kesetiaan dapat kita jalani, namun keterjagaan lebih sulit! keterjagaan dari memelihara apa - apa yang di amanahkannya pada kita, keterjagaan dari menaatinya yang berada di tempat yang jauh, keterjagaan dari memaknai kesetiaan bukan hanya sebagai aktivitas menunggu, bahkan keterjagaan dari bersitan untuk "M E N G K H I A N A T I" kepercayaannya.
Sungguh, keterjagaan menjadi begitu sulit saat kita tidak menghadirkannya sebagai seseorang yang telah dipilihkan Allah sebagai qawwam.
Kesetiaan adalah kemampuan untuk menjalani penantian dalam bentuk fisik, dan keterjagaan adalah kemampuan untuk membuktikan komitmen untuk tetap memelihara diri dan jiwa kita utuh dalam penantian itu.
Karena "Keterusterangan adalah SUMBER KETENANGAN"
Yogyakarta, 21 Oktober 2013
By : Dessy Norita Pratiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar